Keringatnyameleleh seperti yang kulihat sekarang. Hanya suara kebetan majalahyang kubuka cepat yang terdengar selebihnya musiklembut yang mengalun dari speaker yang ditanam dilangitlangit ruangan.Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletakpletokpletok. Bokep Asia Saya bisa masuk angin. Benarkankesempatan itu lewat. Keberuntungankah? Pasti terburuburu. Adacairan putih di celana dalamku.Di kantor, aku masih terbayangbayang wanita yang dilehernya ada keringat. Akupun segan memulai cerita. Aku tersetrum. Atau janganjangan ia juga disuruhibunya bayar arisan. Tapi eh.., seorang penumpang pakaikaos oblong, mati aku. Aku harusmemulai. Begini saja daripada repotrepot.Anggap saja tiaptiap baju sama dengan jumlah kancingbajuku: Tujuh. Aku menyesal mengutuk ibu ketikapergi. Dadaku mulai berdeguplagi. Ya nggak apaapa, katanya menjawab telepon.Siapa Mbak..? Jagain sebentarya..!Ya itulah kabar gembira, karena Wien lalu mengangguk.Setelah mengunci salon, Wien kembali ke tempatku. Sial. Itu artinya iatidak mau diganggu.




















