Hanya suara kebetan majalahyang kubuka cepat yang terdengar selebihnya musiklembut yang mengalun dari speaker yang ditanam dilangitlangit ruangan.Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletakpletokpletok. Bokep Thailand Lalu dikocokkocok sebentar.Aku memegang teteknya. Ia masih dingin tanpaekspresi. Mbak Wien sudah turun. Ayo..!Aku masih diam saja. Ia terusmengelap pahaku. Ia tidak melanjutkan kalimatnya.Aku tersenyum. Lho, salon kan tempat umum. Masak tidak ada yang bisadibicarakan. Karena itulah, tidakakan hadir kesempatan ketiga. Aku tidak berpakaian kini. Ya tidak apaapa,hitunghitung olahraga. Aku duduk di belakang, tempat favorit.Jendela kubuka. Kali ini dengan telapaktangan. Sial. Tapi eh.., seorang penumpang pakaikaos oblong, mati aku. Akudipermainkan seperti anak bayi.Selesai dipijat ia tidak meninggalkan aku. Tetapi,bayangan itu terganggu. katanya.Halo..? Dingin.Aku kegelian menikmati tangannya yang menari di ataskulit punggung. Akuterpejam menahan air mani yang sudah di ujung.Bergantian Wien kini telentang.Pijit saya Mas..! Aku meringismenahan sensasasi yang waow..!




















