Cukup sudah aku ditunggangi, pikirku, sekarang giliranku yang beraksi. Bokep Montok Hanya sisa Edwin, yang bagaimanapun melelahkannya, adalah teman pertamaku di Jakarta. Aku melepaskan Timo dan berganti kembali ke Budi. “Sehari… okay, dua hari…” Lalu dengan tangan kananku kuarahkan kepala Budi mendekati kontolku. “Gile!” “Lu main sama paman elu?” “Anjrit!” “Ga salah lu?” “Ada buanyak cowo lain, ada Timo—lu desperate apa?” “Edwin!” seruku. Lalu dioleskannya pada kontolku. Menelan ludah, Timo melepas kausnya dan bertanya,“Kamu mau ngga kita main bertiga?” Aku ikut menelan ludah. Aku menjantani Timo dengan penuh nafsu, kontolku sekarang maju- mundur, keluar-masuk lubang Timo yang berbulu lebat. Timo bergerak naik turun dengan cepat sambil mengerang cukup kencang.Sosoknya yang maskulin, gerakannya yang penuh tenaga, dan kontolnya yang luar biasa panjang dan besar— aku selama ini berpikir dia pasti posisinya top, dan sekarang pun masih sulit mempercayai apa yang sedang dilakukannya.
