Gina yang menyadari kalau aku memandangi kedua gunung kembarnya yang indah segera mempermainkan kedua adiknya itu. Bokep Family Geni abang napsu abang, manjingo ing jabang bayine wanito ing netro. Dan sekali lagi aku tusukkan batang penisku dari belakang. Gina mengangguk dengan senyum lebar. “Panas atau dingin?”
“Apapun yang kau mau.” jawab Gina ringan. Aku mengejarnya, dengan segera melafal mantra yang sudah aku hafal sebelumnya. “Apapun?” tanyaku sekali lagi. Segera aku loloskan CD pink dari bokong Gina yang menungging. Dan ketika aku sudah puas segera aku minta Gina menindihku. Begitu bulat kedua buah dada itu dan begitu mengkilap oleh keringat Gina.“Kemarilah Doon..” ujarnya. Pijitan itu membuat darahku bagai berhenti. Dan aku sudah tak tahan lagi.“Sebentar sayang, aku masuk dulu yach..”
“Heeh.”
Gina melebarkan selakangnya hingga bukit belahnya benar-benar mekar terbelah. Aku harus kembali membangkitkan gelora asmara Gina. Akupun terpana pada tubuh bugil yang tiada cacatnya terhampar di depanku.
