Aku memandang ke arah lain mengindari adu tatap. Bokep Crot Hari itu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belum ada yang datang, baru aku saja. Bodoh amat. Turun tidak, turun tidak, aku hitung kancing. Menantang dengan mata genit sambil mendekati pintu salon. Ah mengapa begitu cepat.Jarinya mengelus tiap mili pahaku. Begini saja daripada repot-repot. Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. Jam berapa aku berangkat. Kring..! Terganggu wanita muda yang di ruang sebelah yang kadang-kadang tanpa tujuan jelas bolak-balik ke ruang pijat.Dari jarak yang begitu dekat ini, aku jelas melihat wajahnya. Aroma asli seorang wanita. Lha wong Mbak Wien menutupi wajahnya begitu. Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya. Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku sekilas. Tetapi, bayangan itu terganggu. Sudah tiga tahun, benda ini tak kurasakan Sayang. Ia menyentuhnya. Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aku.










