Oleh karenanya, aku betah berdiri berlama-lama di sini. Dua jam berlalu, baru satu pengendara yang berhasil membeli kantong plastiknya. Bokep Family Dia benar-benat ulet. Di tengah keremangan, aku menyaksikan anak laki-laki itu bersama dengan gerombolan anak yang tadi. Kisah-kisah miris semacam itu sudah jadi makanan sehari-hari. Dia punya usaha untuk hidup. Dia terpelanting. Anak laki-laki yang berjualan itu malah tersenyum. Aku tahu anak itu pasti bekerja di malam begini karena suatu keperluan yang mendesak, atau itu memang pekerjaannya demi membantu biaya sekolah. Malam semakin larut. Aku tidak mempermasalahkan orang-orang yang sering berjalan dengan lagak, atau orang yang kadang singgah mengencingiku, atau ketika aku jadi bahan lelucon karena sebuah mobil milik pejabat menabrakku. Dia terlihat girang sekali memperoleh uang seribuan. Orang-orang di jalan raya memang selalu lucu. Aku yakin sekali, orang tuanya sudah berhasil mendidiknya dengan ajaran agama. Adakah yang lebih tabah dari aku? Baru satu orang yang beli.”
“Ya










