“Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Bokep Mama Sementara teman-temannnya bersepatu bagus.“Maafkan aku Maryam,” pinta hatiku.“Krek…,” suara pintu terdengar dibuka. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya merebak.*******Sepekan sudah aku ke luar kota. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Duh, betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini, makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Jangankan untuk kerja, jalan saja susah. Tes! Sampai-sampai kemana-mana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Senyum bahagia.“Abi…!” bisiknya pelan dan girang. Namun apa yang terjadi? Aku benar-benar merasa menjadi suami terzalim!“Maryam…!” panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini!” Jawabku masih dengan nada
