Cukuplah kalau tanganku menyergapnya. Aku tidak dapat lagi memandanginya.Kantorku sudah terlewat. Bokep Crot Keringatnya meleleh seperti yang kulihat sekarang. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Jam berapa aku berangkat. Ke bawah lagi: Turun. Ia tersenyum. Ah. Lihatlah, masak ia begitu berani tadi menyentuh kepala Junior saat memijat perut. Lalu pindah ke pangkal paha. Di balik kain tipis, celana pantai ini ia sebetulnya bisa melihat arah turun naik Si Junior. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Dari jarak yang dekat ini hawa panas tubuhnya terasa. Masih menutupi diri dengan tabloid. Aku tahu di mana ruangannya. Aku tidak tahan. Kulihat di bawahku ada kain, ya seperti saputangan.“Itu kali Mbak,” kataku datar dan tanpa tekanan.Ia berjongkok persis di depanku, seperti ketika ia membersihkan paha bagian bawah. Hangatnya, biar begitu, tetap terasa. Aku bisa dapatkan ia, wanita setengah baya yang meleleh keringatnya di angkot karena kepanasan.
