Juniorku tegang seperti mainan anak-anak yang dituip melembung. Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya.“Mau dipijat atau mau baca,” ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku, “Ayo tengkurep..!”Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Bokep Thailand Aku pertegas bahwa aku mengendus kuat-kuat aroma itu. Tetapi berlari. Aku menggelepar.“Sst..! Lalu menyentuh Junior dengan sisi luar jari tangannya. Dia mau pulang dulu ngeliat orang tuanya sakit katanya sih begitu,” kata Wien.Setelah beberapa lama menyodoknya, “Terus dong Yang. Sial. Ia hanya menampakkan diri separuh badan.“Mbak Wien.., aku mau makan dulu. Ayo..!Aku masih diam saja. Lalu ia mengolesi dadaku dengan cream. Bibirku melumat bibirnya.“Jangan di sini Sayang..!” katanya manja lalu melepaskan sergapanku. Dadaku tiba-tiba berdegup-degup.“Bang, Bang kiri Bang..!”
Semua penumpang menoleh ke arahku. “Siapa Mbak..?” kataku sambil menancapkan Junior amblas seluruhnya. Lha wong Mbak Wien menutupi wajahnya begitu.




















