Saya lepas ikatan kemben di punggung saya, lalu pelan-pelan saya urai lilitan kain kemben merah yang membebat badan saya. Kalau saja nggak ketutupan bedak, mungkin sudah kelihatan muka saya berubah merah seperti cabe.Juragan ketawa, badannya yang gendut itu sampai terguncang-guncang. Bokeb Saya tahu ini nggak benar, dan harusnya saya berhenti, tapi godaan duit terlalu kuat. Mereka minta saya layani mereka sekaligus. Dia terus remas-remas paha saya. Herannya, biarpun atas bawah gede, tengahnya tidak ikut gede, perut dan pinggang saya masih singset. “Anu… saya…”Juragan melihat saya dengan acuh. Menjelang siang, saya sedang jalan di barisan toko-toko besar di samping Pasar.Dan di depan toko beras paling besar di Pasar, saya melihat Juragan sedang menghitung segepok uang. Lah, kok berantakan gitu? Badan Juragan yang berat menindih badan saya, dadanya menggencet susu saya, kontolnya yang gede itu mencoblos memek saya… menerobos kehormatan saya… Saya merasa sakit campur nikmat campur malu… Aduh,
