Dia meletakkan peralatan standard-nya (sprei baru, handuk, sabun, kimono) ke tempat tidur, kemudian mengambil sepatuku untuk diletakkan di bawah tirai penutup kamar (sebagai tanda bahwa kamar ini ada isinya/agar jangan salah kamar, karena sepatu merupakan id-room, kalau nanti ke kamar mandi). Film Porno Dia nggak menanyakan kamar VIP atau regular, sebab dia sudah tahu “kebiasaanku”.Dengan diantar room boy saya langsung menuju kamar. Khan banyak proteinnya kata Dokter,” kataku.“Iya tapi kalau sampai ketelan, nanti Mas nggak bisa ngelupain aku lho..” katanya, bisa aja dia menghindar, pantes banyak suami selingkuh (bahasa halusnya nyeleweng, penghalusan orba) soalnya si istri nggak mau nelan sperma.“Ya sudah kalau mau keluar nanti kuberi tahu,” jawabku.Lama-kelamaan dia capek juga, gimana nggak capek, nungging, ngisap sampai kempot, terus kepala naik turun, dan yang terpenting, dia tahan nafas (asal jangan lupa nggak nafas aja).“Konsentrasi dong Mas,” keluhnya, wah aku jadi ingat taman lawang aja, terpaksa aku konsentrasi, kasihan
>